Rabu, 10 September 2014
Aku Tidak Sendiri
Namaku Rho. Semua orang berkata bahwa
aku adalah anak perempuan yang sempurna. Dengan rambutku yang tergerai lembut
hingga bahu, selalu terjuntai dengan warna legam nan lebat. Aku memang manusia
biasa, tak memiliki kekuatan aneh yang diturunkan dari orang-orang yang tiada
sebelum aku lahir. Dan juga Orang tua ku, Mereka juga hanya manusia biasa yang
menjalankan kehidupan layaknya orang normal, ayah yang bekerja sebagai pegawai
swasta dan ibu yang selalu berada di rumah kapan pun, Ya hanya Ibu Rumah
Tangga. Mereka menyayangiku, sangat menyayangiku.Tapi aku benci mereka.Terutama
ibu.Karna rahimnya lah aku lahir ke dunia ini, menapakkan kaki di bawah sinar
mentari dan berdiri di atas tanah.Di dunia yang sesungguhnya sangat menyedihkan
bagiku.Kata orang-orang aku ini hanya memiliki satu tubuh.Tapi sepenglihatan ku
aku kembar, dan dia menempel denganku.
Semua
orang berkata bahwa aku sempurna.Apanya yang sempurna? Dengan saudara kembar
yang menempel di tubuhku apa bisa aku di katakan sempurna? Itu
menyedihkan.Sangat menyedihkan.Dunia yang seharusnya dapat dinikmati seorang
diri tetapi aku harus berbagi dengan saudara kembar yang menjengkelkan itu.Tetapi
ada sekelebat kebanggaan yang mengembang di dada, seumur aku menarik napas yang
disediakan oleh alam ini, namaku lah yang selalu disebut, tak pernah sekalipun
ada yang memanggil namanya.
Setiap hari aku selalu mengganggu
Saudara kembarku itu agar dia merasa tidak betah lagi untuk tetap satu tubuh
denganku.Aku selalu mengutarakan kekesalan ku pada ibu ku.Meminta untuk
melepaskannya dari tubuh ku.Tetapi semua yang ku lakukan itu hanya membuat ibu
ku selalu berkaca-kaca dan berkata
“Semoga dengan imajinasimu yang tinggi,
kamu menjadi anak yang pandai ya Rho.”
Imajinasi? Tidak kah ibu mengerti bahwa aku
sangat marah harus berbagi dengan orang lain. Jika tidur, aku harus
berdampingan dengan saudara kembar ku, sedangkan ibu hanya menyediakan kasur
dan kamar yang menurutku hanya cukup untuk di nikmati sendiri. Jika belajar,
aku harus melakukan hal yang sama, berbagi dengan saudara kembarku, dan hanya
disediakan kursi untuk satu orang.
Aku selalu merengek kepada ayahku atau
ibu ku. Kata-kata yang selalu ku ulang
“Ayoo ibu lepaskan dia dari tubuhku”
“Dia siapa Rho?” jawab ayahku lembut
“Ini ayah, dia menempel denganku” aku pun mulai menangis
“Tidak ada siapa-siapa di tubuhmu. Kau
wanita yang sempurna Rho”
Aku bingung, mengapa semua orang
menganggap aku ini sendiri? Aku ini berdua, hidup berbagi dengan orang lain.
Dia saudara kembar ku.menempel di tubuhku. Mengikuti ku kemanapun aku pergi.
Jika ibu tak ada, kadang-kadang aku
mencubit pipinya.Tapi yang kudapat, pipi sebelah kanan ku yang merah.Jika
sedang kesal, aku mendesaknya ke tembok.Dengan maksud membuatnya terluka.Terakhir
kali ku lakukan itu, Ibu ku langsung bertanya
“ Ngapain Rho? Nanti badan mu sakit
semua”
“Ini bu dia menjengkelkan”
Ibu ku langsung pergi dengan mata
berkaca-kaca.Biarlah, Aku tak peduli dengannya.Karna dialah aku menjadi seperti
ini. Untuk apa aku peduli. Tapi ibu benar, badan ku sakit semua selesai
mendesaknya ke tembok.
******
“Apa perlu kita bawa Rho ke Dokter atau
Psikolog? Aku takut mental Rho terganggu”
“Dia masih terlalu kecil untuk
diteraphy, lagi pula ayah yakin, Rho hanyalah berimajinasi, biarlah Dia bermain
dengan imajinasinya”
“Tapi ini terlalu brutal, dia
benar-benar mengira bahwa dia adalah kembar siam.Aku sering mendapati pipinya
merah bekas cubitan. Aku yakin dia mencubit dirinya sendiri yang ia kira adalah
saudara kembarnya. Terakhir kali aku melihat dia mendesak tubuhnya sendiri ke
tembok.”
“Oke, besok kita akan ke Psikolog tanpa
Rho.Kita bicara dulu saja dengan ahlinya.”
******
Sebenarnya saudara kembarku itu tidak
pernah bicara padaku. Menatap ku pun tak pernah ia lakukan. Tapi aku tetap saja
kesal dan selalu ingin menyakitinya.Terkadang aku bentak dia agar dia berbicara
ataupun menoleh. Aku pernah melakukannya di sekolah dan Ibu Guru berkata lembut
pada ku
“Rho, jangan berbicara sendiri. Ayo
perhatikan Ibu”
Aku menjadi amat benci dengan saudara
kembarku itu.Aku sering di tertawakan oleh teman-teman sekolah karna dianggap
gila.Suka berbicara sendiri, memukul diri sendiri, bahkan sering mendorong
dinding.
******
“Tak ada jalan lain Yah. Kita harus
mengikutsertakan Rho ke Psikolog itu. Sudah terlalu dewasa apabila itu masih
dianggap imajinasi”
“ Baiklah, besok kita ajak Rho ke Rumah
Sakit. Biarkan Psikolog itu melihat keadaan Rho”
Psikolog?Apa itu? Apa itu menakutkan?
Tapi kata Ayah, dia bisa membantu ku menghilangkan saudara kembar ku. Apapun
itu, jika Psikolog bisa menghilangkan Dia dari tubuh ku, akan ku jalan kan
sepenuh hati,
Keesokan harinya aku berangkat ke
Psikolog dengan Ayah dan Ibu. Ternyata Psikolog hanya seorang wanita berpakaian
serba putih yang duduk di ruangan yang senada dengan warna bajunya.Sebenarnya
aku takut, tapi Psikolog itu sangat ramah padaku.Jadi rasa takut ku agak
sedikit berkurang.
******
Hari pertama mengikuti teraphy di
ruangan yang serba putih itu aku hanya di jejali beberapa pertanyaan.Yaa
sekiranya seperti ini.
“Rho, Apa kamu tidak merasa senang
memiliki teman yang selalu ada di manapun kamu berada?”
Aku menggeleng
“Apa dia sering mengganggu mu?”
Aku menggeleng untuk kedua kalinya
“Jika tidak, biarlah dia hidup dengan
mu, jangan sakiti dia lagi”
Untuk pertama kalinya aku mengangguk.
Bukan untuk menyetujui. Hanya supaya
percakapan ini berhenti.
Akhir-akhir ini aku jadi sering
mengunjungi Psikolog itu.Itu membuat ku marah.Perempuan itu tidak dapat
menyelesaikan masalah yang aku hadapi.Semakin sering aku mengujungi ruangan
putih itu, semakin sering aku harus bermain dalam imajinasiku.Saat aku mulai
marah dengan pertanyaan yang membosankan dan ku anggap tak penting, semakin
sering pula logam tipis yang tajam menyemburkan cairan putih menembus kulit ku.
Disaat-saat itu lah aku mulai merasa
tenggelam.Lalu bermain di dunia yang memiliki warna yang aneh.Saat- saat
seperti itulah aku melihat bahwa kembaran ku sudah terlepas dengan ku.Mungkin
ini adalah salah satu teraphynya.Tapi kejanggalan mulai terlihat.Dia berlari
dengan arah yang abstrak.Entah mengapa aku ikut lari mengejarnya. Tak peduli
bahwa aku tak memiliki tujuan untuk apa aku mengejarnya. Aku hanya ingin
berlari.
Aku mulai terbangun dan mendapati diriku
dalam keadaan yang tidak layak. Dengan tangan dan kaki
yang diikat. Dan samar-samar aku mulai mendengar percakapan antara Ibu
ku dan Psikolog itu
“Mengapa keadaan Rho menjadi Buruk?”
isak Ibu Rho
“Saya takut tingkah brutal Rho akan
membahayakan dirinya dan orang lain.”
“Apa tidak bisa di sembuhkan dengan
segera?”
“Ibu harus bersabar. Sebenarnya agak
terlambat membawa Rho dalam keadaan yang benar-benar dia menganggap bahwa
dirinya kembar siam. Kasus ini pernah terjadi beberapa tahun silam.Akhirnya
sangat tragis, Anak itu berusaha membunuh saudara kembarnya dengan mendekap dirinya
yang ia kira kembarannya dengan bantal, dan yaa, dia meninggal.”
“Saya tidak mengerti mengapa keadaan
anak saya bisa seperti ini.Saat masih kecil dia memang sering bermain dan
berbicara sendiri.Saya kira itu adalah hal yang wajar untuk seorang bocah kecil
yang memiliki teman imajinasi. Tapi saat dewasa mengapa dia merasa bahwa teman
imajinasinya itu adalah kembarannya yang menempel dengannya”
“Ya, itu adalah kelainan yang jarang
terjadi.Otak dari Rho menyimpan informasi yang salah. Sebenarnya ada salah satu
cara tradisional jaman dahulu yang dapat menghilangkan informasi yang salah”
“Lakukan lah”
“Hanya saja cara ini agak ekstrem.
Pertama Dokterakan mengebor otak Rho pada bagian belakang dan menyedot sedikit
cairan cerebrum dari otak bagian belakang. Akan ada beberapa informasi yang
ikut hilang bersamaan dengan informasi yang saat itu di pikirkan Rho.Saya akan
membuat Rho memikirkan Saudara kembarnya itu dan Dokter yang sudah di sediakan langsung
melakukan pembiusan. Dan di lanjut dengam pengeboran yang sudah saya
jelaskan.Izin kan saya melakukan itu pada Rho?”
“Berapa persenkan keberhasilan yang akan
terwujud?”
“Hanya 50% tapi kami akan berusaha
semaksimal mungkin”
“Lakukanlah yang terbaik, saya mohon”
Hanya itu yang dapat ku tangkap.Akan ada
alat yang menakutkan menembus tengkorak belakang itu. Dan tidak akan lama lagi
aku kan merasakannya. Aku sangat takut. Seakan akan ruangan itu menjadi dingin
sending es. Rasanya Glomelurus ku hanya dapat menyaring butiran- butiran es
yang beku.Dingin dan beku. Hanya itu yang dapat ku rasakan
Sang Psikolog dan rekan Dokter tak
menunggu waktu lama lagi. Satu hari setelah semuanya di bicarakan, praktek
pengeboran otak itu pun di jalani, dengan tenang sang Psikolog mempermainkan
otak ku dalam keadaan sadar agar aku hanya memikirkan saudara kembar ku. Tak
membutuhkan banyak waktu, logam tipis itu pun menembus kulit ku dan Dokter
melakukan tugasnya.
Beberapa hari kemudian, aku pun di
perbolehkan untuk pulang.Entah mengapa aku bisa berada dirumah sakit. Oh
mungkin Ibu benar. Aku kecelakaan dan terbentur sesuatu yang besar sehinnga
membuatku sedikitlupa akan hal yang terjadi beberapa hari terakhir ini. Karna
memang ada bekas jahitan di bagian belakang kepala ku.
Langganan:
Postingan (Atom)